Merdeka, 9 Desember 1999
Peluru Diplomasi Gus Dur
Oleh: Zul Asril
MUNGKIN telah puluhan atau ratusan tulisan maupun imbauan
pembaca yang ditujukan kepada Presiden Gus Dur. Dari sekian
banyak imbauan tersebut, satu hal yang harus dicermati adalah
imbauan agar Gus Dur tidak pergi terus-menerus ke luar negeri.
Karena, masalah di dalam negeri Indonesia utamanya masalah
KAMDAGRI (Keamanan Dalam Negeri), menunjukkan eskalasi
peningkatan, dan menuju kepada kekhawatiran terhadap
disintegrasi bangsa.
Namun Gus Dur tetap tidak bergeming, walaupun pro dan kontra
atas kepergiannya ke luar negeri semakin menajam dan memekakan
telinga. Boleh disebutkan selama Indonesia terkembang menjadi
sebuah negara, maka baru kali ini Presiden RI yang dalam sebulan
entah beberapa kali sudah pulang pergi ke luar negeri.
Hitung saja ketika perjalanan dimulai dari Singapura-Malaysia-
Thailand, Myanmar, Laos, Kamboja, Vietnam, Filipina (tahap
pertama). Dilanjutkan ke Jepang, Amerika Serikat terus Timur
Tengah: Kuwait, Yordania, Irak, Israel, Palestina, Arab Saudi
(tahap kedua). Tidak berhenti sampai di situ, Gus Dur
melanjutkan kembali perjalanannya ke RRC dan entah ke mana lagi.
Namun yang pasti, tahun 2000 telah masuk dalam rencana padat Gus
Dur untuk 'tour' keliling dunia.
Mencermati perjalanan yang dianggap sementara orang kontroversi
tersebut, satu hal yang harus digarisbawahi adalah, kenapa Gus
Dur tidak ke Aceh, Ambon atau Irja yang lagi bergolak? Mungkin
jawabnya karena begitu beratnya pemecahan masalah Aceh (dalam
olah raga tinju disebut kelas berat), maka Gus Dur perlu mencari
dukungan ke negara-negara sahabat (luar negeri). Tujuannya:
untuk sama-sama memikirkan dan mendukung langkah yang akan
diambil oleh Gus Dur untuk tidak memberikan referendum dengan
opsi merdeka kepada rakyat Aceh.
Dapat Dukungan
Perlu dicatat bahwa setiap kunjungan Gus Dur hasilnya selalu
mendapat dukungan agar Aceh tetap berada dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI), dan disertai dengan dukungan usahawan
luar negeri untuk menanamkan investasi dalam kerangka pemulihan
ekonomi Indonesia.
Mungkin disinilah sisi positif makna kunjungan Gus Dur ke luar
negeri tersebut, dengan banyaknya negara (dunia internasional)
mendukung kebijaksanaan yang akan ditempuh oleh Gus Dur, tentu
akan membuat GAM (Gerakan Aceh Merdeka) menjadi tersudut.
Bukankah kita tahu bahwa dukungan luar negeri sangat penting
bagi perjuangan suatu negara yang ingin merdeka?
Dan saya pikir disinilah titik paling lemah bagi perjuangan Aceh
untuk merdeka saat ini. Padahal di sisi lain, dukungan rakyat
Aceh untuk merdeka terlihat sangat besar. Harus diakui bahwa
pengaruh dan dukungan internasional terhadap kebijaksanaan yang
bakal diambil Gus Dur amatlah besar. Untuk itu pula makanya Gus
Dur memainkan kartu truf ini untuk memberantas GAM dengan kartu
diplomasi.
Diplomasi Gus Dur hendaklah dipandang sebagai peluru diplomasi
untuk memberangus GAM dari jarak jauh. Dan bila ini berhasil,
tentu tidak memakan korban seperti peluru tajam yang sering
ditembakkan pada rezim Orde Baru (Orba) yang memakan korban
tidak sedikit!
Agar korban dari rakyat tidak berjatuhan, maka Gus Dur mencoba
formula peluru diplomasi, dengan maksud meminimalisir korban
senihil mungkin. Sebab, peluru tajam sudah merupakan paradigma
lama dan mendapatkan daya resistensi amat tinggi untuk
diterapkan. Apalagi masalah Aceh, peluru tajam dan kekerasan
secara represif tidak akan menyelesaikan masalah, dan justru
akan menambah rumit masalah. Sadar akan hal itu, maka 'instinct'
keenam Gus Dur mencoba berimprovisasi untuk memakai peluru
diplomasi. Dalam konteks itulah seharusnya polemik dan
kontroversi presiden ke luar negeri segera diakhiri.
Prinsip Universalis
Dalam kecangihan transportasi dan komunikasi di era global ini,
maka kunjungan seorang kepala negara ke luar negeri adalah hal
yang biasa dan lazim. Dunia akan menjadi 'global village' yang
menisbikan luar negeri atau dalam negeri.
Dalam konteks ini seorang kepala negara disamping sebagai
pemimpin sebuah negara, juga salah seorang pemimpin dunia.
Secara hukum, wilayah kepemimpinannya memang terbatas pada
wilayah yang diakui secara resmi oleh dunia internasional saja.
Namun pada faktanya, keberadaan seorang kepala negara juga
mempengaruhi konstalasi kepemimpinan regional, bahkan dunia.
Seorang kepala negara yang sadar bahwa dirinya merupakan bagian
dari tiang-tiang kepemimpinan dunia, pasti akan aktif mengambil
inisiatif dalam dunia yang terus berubah ini. Dengan demikian,
adanya asumsi yang menyatakan bahwa kunjungan Gus Dur ke luar
negeri mengabaikan persoalan dalam negeri adalah terlalu
menyederhanakan persoalan.
Bagi yang berasumsi demikian, hendaklah disadari bahwa pada diri
seorang kepala negara adalah melekat dua predikat sekaligus,
yakni: nasionalis dan internasionalis. Bila dalam bahasa
perandaian, maka saat ini satu kaki kanannya Gus Dur berada
dalam negeri dan satu kirinya di luar negeri!
Konteksnya dengan masalah Aceh yang terus bergolak, kunjungan
Gus Dur ke luar negeri bukanlah tidak mungkin. Justru kepergian
Gus Dur ke luar negeri itu untuk menyelesaikan kasus Aceh dan
kasus dalam negeri yang krusial lainnya.
Di sisi lain, sekalipun Kasus Aceh menjadi kasus intern
Indonesia, namun bagi pemimpin-pemimpin internasional ini
merupakan keprihatinan. Oleh sebab itulah, RRC sangat komit
mendukung Indonesia untuk dapat menyelesaikan masalah Aceh agar
tidak terlepas dari NKRI.
Tidak hanya RRC, pemimpin internasional lain yang negaranya
dikunjungi Gus Dur juga mendukung hal yang serupa. Kalau sudah
begitu, berarti bagi pemimpin dunia atau kepala negara berlaku
prinsip universalis dan cara pandang dunia.
Pro dan kontra mengenai kunjungan Gus Dur ke luar negeri
hendaklah segera diakhiri dan ambilah sisi positif. Adanya
reaksi itu menandakan bahwa Presiden Gus Dur masih dicintai oleh
rakyatnya. Rakyat khawatir kondisi kesehatan Gus Dur yang rentan
penyakit bisa menjadi bumerang pada dirinya, sehingga tidak bisa
menyelesaikan kasus Aceh dan persoalan dalam negeri lain
secepatnya. Padahal, Aceh, Ambon, Irja, Riau dan daerah-daerah
membara lainnya perlu penanganan seorang kepala negara yang
energik dan bugar fisiknya.
Puji syukur wajib kita ucapkan kepada 'Illahirrabbi Allah SWT',
bahwa dengan agenda kenegaraan yang cukup padat dan membebani
pikirannya, Gus Dur masih sehat walafiat. Dengan segala
kekurangan sebagai insan ciptaan-Nya, maka fenomena Gus Dur
(presiden RI ke-4) adalah realitas kekinian yang harus disyukuri
bangsa ini, karena mendapat respons positif dari dunia
internasional. 'Wallahualam!'*** (Penulis adalah pengamat sosial
politik, alumnus Universitas Kebangsaan Malaysia).
++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
Didistribusikan tgl. 15 Dec 1999 jam 03:54:46 GMT+1
oleh: Indonesia Daily News Online <[EMAIL PROTECTED]>
http://www.Indo-News.com/
Visit Indonesia Daily News Online HomePage:
http://www.indo-news.com/
Please Visit Our Sponsor
http://www.indo-news.com/cgi-bin/ads1
-0-0-0-0-0-0-0-0-0-0-0-0-0-0-0-0-0-0-0
Free Email @KotakPos.com
visit: http://my.kotakpos.com/
SILAHKAN PROTES...