Proyek Masa Depan: Luncurkan Satelit Indonesia


Proyek Masa Depan: Luncurkan Satelit Indonesia

Minggu, 24 Januari 2010 - 12:14 wib :
 
BERTAMBAHNYA usia hubungan diplomatik antara Negeri Beruang Merah dan Indonesia, Rusia pun semakin memantapkan pijakan kerja samanya dengan pemerintah RI.

Negeri yang terletak di Eurasia utara ini bahkan sudah menyusun rencana besar untuk Indonesia. Pada kesempatan wawancara di kantor Kedubes Rusia untuk Indonesia pekan lalu, Alexander A Ivanov selaku wakil pemerintah Rusia mengungkapkan harapan negerinya bagi Indonesia. “Kami ingin Indonesia menjadi negara antariksa,” ucapnya seraya tersenyum. “Bahkan menjadi negara antariksa pertama di Asia Tenggara.” Untuk mewujudkan harapan ini, pemerintah Rusia lantas menggandeng Indonesia dalam sebuah proyek yang dinamakan dengan sistem peluncuran udara atau Air Launch.

Bagi masyarakat Indonesia, program ini mungkin terdengar asing. Barangkali karena belum 100 persen terselesaikan, maka pemerintah Indonesia jarang memunculkan informasi seputar perkembangan Air Launch. “Kami menyebutnya proyek unik. Air Launch adalah program peluncuran satelit komersial dari kawasan Indonesia yang didukung dengan teknologi Rusia,” jawab Ivanov. Proyek Air Launch bermula pada 2003. Saat itu, pesawat luar angkasa jenis An-124-100 yang disebut dengan Ruslan mulai dikembangkan di Biak, Papua. Gubernur Biak memberi izin bagi Rusia untuk membeli 2,7 hektare tanah di pulau itu untuk konstruksi infrastruktur yang dibutuhkan.

“Air Launch merupakan proyek yang jauh lebih murah dan efisien dibandingkan proyek peluncuran satelit lainnya,” ungkap Presiden Air Launch Anatoly Karpov, sebagaimana dilansir dari spacedaily.com. Dalam program AirLaunch, roket dibawa menembus atmosfer dengan menggunakan pesawat Ruslan. Ketika pesawat mencapai ketinggian 10-12 km di atas bumi, Ruslan akan melepaskan roketnya hingga masuk ke orbit. Selanjutnya, saat Ruslan mencapai ketinggian 11.000 m atau sekira 500 km dari permukaan tanah, pesawat ini akan melakukan gerakan manuver sehingga mencapai posisi tertentu, lalu satelit didorong keluar menggunakan sistem bertekanan udara yang disebut dengan pneumatic system.

Proyek ini bernilai sekira USD122 juta dan telah disepakati sejak 2006 silam. Perundingan program ini sudah berlangsung sejak 2003 lalu, namun sampai saat ini, program tersebut belum dapat dimulai. Menurut beberapa ahli, peluncuran roket pengangkut Polyot dari Ruslan akan menelan biaya sekira USD23 juta atau 50 persen lebih murah dibandingkan meluncurkan roket Soyuz-2 dari muka Bumi. Rusia sungguh menyemai ekspektasi besar agar program ini dapat segera terealisasi.

“Jika semuanya benar-benar terwujud, mungkin saja Indonesia bakal menjadi negara antariksa terbesar di Asia,” ujarnya berharap. Ivanov tidak menampik bahwa masih ada beberapa proses yang belum tertangani dengan sempurna. “Kami masih terus melakukan negosiasi mengenai ini dan itu dengan pemerintah Indonesia,” sambungnya. Menurut Ivanov, ada dua hal yang harus diperjuangkan lebih keras lagi, yaitu penyediaan perangkat teknologi dan penyusunan rancangan ketentuan yang tentunya bertalian dengan proyek Air Launch.

Dia juga menambahkan bahwa pemerintah Rusia dan Indonesia tengah mempersiapkan sejumlah dokumen dan surat kesepakatan yang terkait. “Salah satunya adalah Technology Save Guard Agreement,” ujar Ivanov. Rusia yang hingga kini tetap menunjukkan dukungan positif bagi negara-negara Asia sangat berharap bahwa program Air Launch nantinya akan menuai kesuksesan. “Kesuksesan ini akan menjadi lampu hijau bagi negara-negara lain yang tengah mengupayakan hal serupa,” tandasnya.(Koran SI/Koran SI/mbs)

ini mimpiku


Claudia Sinaga – Ini Mimpiku (Ost Sang Pemimpi)

Aku berada di tengah keramaian orang orang
yang sibuk mengejar mimpinya…
aku melihat indahnya dunia
di kota kota yang berbeda nyata sekali…
ini mimpiku
yang tak pernah berhenti
ini mimpiku…
aku percaya didalam hidupku kan ada mimpi yang Tuhan ijinkan terjadi
manis airmata pengorbananaku
takkan pernah membuatku berhenti Percaya….
ini mimpiku
yang tak pernah berhenti
ini hidupku..
semangatku juga karena semua yang kucinta…
aku masih sanggup tuk trus berjalan…
ini mimpiku
ini mimpiku
ini mimpiku
yang tak pernah berhenti
ini hidupku
yang kuyakin terjadi
ini mimpiku
  • Share/Bookmark
Artikel Claudia Sinaga – Ini Mimpiku (Ost Sang Pemimpi) ini dipersembahkan oleh Lirik Lagu Indonesia Gratis @ FunLirik.Com. Kunjungi Juga Download Mp3 Gratis untuk download lagu indonesia terbaru.


Read more: http://funlirik.com/c/claudia-sinaga/lirik-lagu-claudia-sinaga-ini-mimpiku-ost-sang-pemimpi/#ixzz0cZlELq08

Fasilitas Mewah di Hotel Prodeo


Fasilitas Mewah di Hotel Prodeo.11 Jan

nevanataya_111201033100PM_penjara_artalyta3Baru tersiar kabar kebobrokan dalam penjara yang disiarkan TV one minggu lalu yang menunjukkan penjara adalah tempat ter-aman para penjudi, para pecandu narkoba dan para penjahat kelas kakap. Pada malam kemarin Satuan Tugas Pemberantasan Mafia Hukum: Mas Achmad Santosa, Denny Indrayana, dan Yunus Husein. Ketiganya tak bermaksud berbisnis, tetapi melakukan pemeriksaan mendadak. pemberantasan mafia hukum mengadakan Sidak ke penjara wanita Pondok bambu.

Hasil dari Sidak tersebut sangat mencengangkan yaitu adanya ruangan khusus dengan fasilitas mewah yang terdapat di kamar tahanan Arthalita Suryani (Khasus penyuapan jaksa urip) dan beberapa ruang lainnya
7
Inilah fasilitas di penjara pondok bambu
Fasilitas-fasilitas yang dianggap mewah tersebut Antara lain, televisi flat merek Samsung 21 inci, pendingin ruangan portabel yang diletakkan di bawah televisi, dan tempat tidur spring bed double. Dan juga terdapat ruang karaoke yang terhitung mewah
Di atas tempat tidur terpampang lemari gantung yang berisi AC. Ada juga alat kebugaran dan meja rias di ruangan Arthalita. Kamar mandinya juga terbilang mewah dengan toilet duduk dan terletak di dalam kamar. Fasilitas khusus juga tampak di ruang tahanan yang dihuni Darmawati, Ines Wulandari, dan Eri (terpidana kasus korupsi) dan kalau dilihat dari segi finansial maka ketiga orang ini merupakan orang yang kaya.
Sel ‘mewah’ yang dinikmati Ayin dan beberapa tahanan lainnya di Rutan Pondok Bambu bukan cerita baru di dalam penjara. karena sebelumnya Tomy suharto pun mendapat fasilitas yang mungkin lebih mewah. Dengan uang semuanya bisa diatur.
salah satu Ruang tahanan artalyta(ayin)
salah satu Ruang tahanan artalyta(ayin)
Hepeng (uang) punya kuasa mengatur negara apalagi penjara,” kata anggota Komisi III Nasir Djamil mengomentari mewahnya sel napi saat dihubungi wartawan, Senin (11/1/2010). Dikatakan Nasir, temuan Satgas Antimafia Hukum yang memergoki sel dengan fasilitas mewah Ayin Cs di Rutan Pondok Bambu semalam, sebetulnya bukanlah hal yang baru di dunia penjara. Sebab menurutnya uang masih memegang peranan penting di dunia penjara.
Dari sini kita dapat menyimpulkan penjara bukannya ruang untuk terhukum atau ruangan yang membuat terdakwa jera tapi penjara merupakan hotel yang nyaman untuk orang-orang berduit dan sekaligus juga merupakan suatu tempat yang paling aman untuk perjudian, pemakaian Narkoba dan hal ini berlaku disebagian besar penjara diIndonesia.Apakah hal ini dikarenakan rendahnya kesejahteraan Sipir penjara?atau memang sudah menjadi budaya sejak dulu?
Sumber : Dari berbagai sumber

Ada Istana di Penjara


11 Januari 2010 | 19:13 wib | Nasional
Ada Istana di Penjara

Arswendo Atmowiloto: Ada Uang Ada Fasilitas


Jakarta, CyberNews. Mantan Pemred tabloid Monitor, Arswendo Atmowiloto, yang pernah mendekam di LP Cipinang karena kasus penokohan pada tabloid yang dipimpinnya mengatakan fasilitas mewah yang ada di dalam LP sudah ada sejak lama. "Ada uang ada fsilitas, semua fasilitas bisa dirasakan, dimiliki asal ada uang," kata Arswendo. Dia menanggapi masalah tersebut terkait temuan satgas anti mafia peradilan di LP Pondok Bambu, Minggu (10/1).
Sebagai contoh adalah ketika ia berada di penjara, untuk memenuhi kebutuhan biologisnya para napi dengan mudah dapat melakukannya baik dengan istri resmi atau dengan orang lain asal ada uang. Menurut pengakuannya, ketika ia masih menjadi penghuni LP untuk kebutuhan tersebut dia harus membayar 20 sipir LP masing-masing Rp 50 ribu. Wanita atau istri penghuni LP dapat masuk setelah disusupkan pada malam hari dengan memakai jaket atau topi agar terlihat seperti seorang pria.
Ketika ditanya wartawan televisi tentang kemungkinan dapat ijin keluar, dia menjawab dengan mudah dapat diatur bersama petugas-petugas LP. Sebagai misal agar bisa keluar LP, penghuni LP dapat mengaku sakit jantung sehingga dapat keluar dengan ijin untuk pemeriksaan jantung. Dia mengaku pernah melakukan hal itu ketika dijemput pengemudinya untuk ke dokter, pengemudinya pergi ke tempat lain dan dia pergi ke arah lain.
Mengenai fasilitas yang dimiliki Artalyta atau Ayin, pria berambut gondrong itu merasa tidak terkejut karena menurutnya hampir di semua LP ada fasilitas itu jika ada uang dan mampu membayar fasilitas-fasilitas tersebut.
( Zainal Abidin / CN14 )

Mewahnya Hotel Prodeo untuk Artalyta Suryani


Mewahnya Hotel Prodeo untuk Artalyta Suryani

Jakarta, Cybernews. Menkumham Patrialis Akbar menyatakan, tingkat hunian lembaga pemasyarakatan di Indonesia sudah melebihi kapasitas. Para narapidana harus berdesakan dalam ruang tahanan. Namun hal itu ternyata tidak dirasakan oleh Artalyta Suryani, terpidana kasus suap Rp6 miliar terhadap Jaksa Urip Tri Gunawan.
Kini ia meringkuk di Rumah Tahanan Pondok Bambu, Jakarta Timur, setelah MA menjatuhkan putusan kasasi lima tahun penjara dan denda Rp250 juta, pada 24 Februari 2009. Namun jangan mengira, Ayin-panggilan Artalyta- menghuni sel yang menyeramkan sebagaimana kesan sebuah penjara.
Bagi Ayin, tinggal di ruang tahanan tidak ada bedanya dengan tinggal di "alam bebas" sesuai "kelas" dia. Berbagai fasilitas dan kenyamanan sekelas hotel berbintang tersedia baginya di ruang tahanan itu.
Itulah hasil inspeksi mendadak yang dilakukan tiga anggota Satuan Tugas Pemberantasan Mafia Hukum, yakni Denny Indrayana, Mas Achmad Santosa, dan Yunus Husein. Mereka melakukan menginspeksi mendadak ke Rumah Tahanan Pondok Bambu, Jakarta Timur, Minggu (10/1) malam. Tepat pukul 19.30 WIB, sidak dimulai.
Petugas rutan pun jadi kalang kabut saat mengetahui kedatangan tiga pejabat tersebut. "Aduh kok begini sih, ngga bilang-bilang... Gimana sih ini," teriak para petugas Rutan yang kebanyakan perempuan. Seorang petugas yang sempat menghalang-halangi rombongan wartawan pun sempat dibentak Denny, "Ini perintah Presiden. Kasih jalan".
Seorang petugas bernama Anis yang menawarkan diri untuk mengantar para anggota Satgas pun ditolak mentah-mentah oleh Denny. Akhirnya para petugas Rutan pun hanya bisa pasrah membiarkan para anggota Satgas mengobrak-abrik 'isi dapur' mereka.
Tempat pertama yang dikunjungi tim Satgas adalah ruang bimbingan kerja (bingker). Di situ, dari luar mereka mengawasi sosok Ayin. Di ruang yang besar bak aula dan berpendingin udara itu, Ayin tengah duduk berselonjor di sebuah sofa bed sambil menjalani perawatan kecantikan (beauty treatment) oleh seorang dokter ahli kosmetik laser Hadi Sugiarto.
Ruang yang seharusnya diperuntukkan bagi seluruh napi itu pun berubah menjadi ruang pribadi Ayin. Ruang dipenuhi oleh foto-foto anak yang diakui Ayin sebagai anak adopsinya. Di sebuah sudut, terdapat sebuah kolam bola berukuran besar, yang juga diakui Ayin sebagai tempat bermain anaknya jika mengunjunginya. Demikian juga, di sebuah sudut ruangan dibangun kamar mandi khusus dengan shower dan perlengkapan seperti kamr mandi di sebuah hotel berbintang.
Tidak hanya itu. Sebuah pesawat televisi plasma, kulkas, kompor, dan sejumlah alat-alat rumah tangga lainnya berada di ruang itu.
Kepada Mas Achmad, Ayin juga mengaku sering menggunakan ruang itu untuk mengadakan rapat-rapat dengan anak buahnya karena dia masih harus mengendalikan usaha plasmanya di Lampung, dan sejumlah perusahaan propertinya. "Saya minta ruang sedikit untuk menjalankan usaha saya," katanya.
"Ini benar-benar mengagetkan. Nanti akan ada investigasi mendalam untuk memperjelas ini semua. Kita lihat saja," kata Mas Achmad dengan nada suara geram.
Kepala Rutan Sarju Wibowo yang baru tiba pada pukul 20.45 WIB hanya bisa lemas dan pasrah saat mengetahui tempat kerjanya berhasil 'ditelanjangi' oleh Mas Achmad dan kawan-kawan. Tidak banyak kata yang bisa diucapkannya, selain kata 'siap'.

Saat Sidak Artalita Sedang Perawatan Gigi


Saat Sidak Artalita Sedang Perawatan Gigi

Tim Pemberantasan Mafia Hukum Temukan Fasilitas "Wah" di Kamar Artalita

image
Jakarta, CyberNews. Beberapa saat setelah dibentuk, Satgas Pemberantasan Mafia Hukum segera membuat gebrakan. Salah satu moveyang dibuat oleh satgas ini adalah melakukan inspeksi mendadak (sidak) di Rumah Tahanan Wanita Pondok Bambu, Jakarta Timur, Minggu (10/1) malam. Ini dilakukan karena ada informasi yang masuk ke tim satgas yang menyebutkan adanya perlakuan khusus terhadap penghuni tertentu di rutan.
Sidak dilakukan dengan menyisiri beberapa blok, dan tim satgas menemui lima napi wanita yang ditahan di rutan, mereka adalah: Artalyta Suryani (korupsi), Aling (narkoba), Darmawati (korupsi), Ines Wulandari (korupsi) dan Eri (korupsi).
Beberapa tahanan berduit tinggal di sana. Mereka di antaranya terpidana kasus suap terhadap jaksa Urip Tri Gunawan, Artalita Suryani (Ayin). Di ruang tahanan Artalita, petugas mendapati fasilitas mewah yang diberikan petugas. Di ruang tahahan berukuran besar itu terlihat beberapa perabot mewah seperti televisi, kulkas, dan meja kantor. Bahkan pada saat tim satgas datang, Artalita sedang mendapat perawatan gigi.
Sidak tersebut dimulai pukul 19.00 dan berakhir pukul 22.00 WIB

Wajar-Wajar Saja..."Menkumham Akui Ada Hak Khusus Untuk Ayin"


Menkumham Akui Ada Hak Khusus Untuk Ayin
Hak itu yakni memberikan ruangan khusus bagi Artalyta untuk bertemu kolega di dalam sel.
SENIN, 11 JANUARI 2010, 15:49 WIB
Arry Anggadha, Yudho Rahardjo
Kamar tahanan mewah Artalyta di Rutan Pondok Bambu (Antara/MI-Ramdani/Koz)
VIVAnews - Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham) Patrialis Akbar mengakui ada pertimbangan khusus untuk Artalyta Suryani (Ayin). Pertimbangan khusus tersebut adalah berupa fasilitas tertentu berupa ruangan di dalam sel Ayin.

"Ini agar hak perdata Artalyta tidak terhambat," kata Patrialis di Depkumham, Jakarta, Senin 11 Januari 2010.

Pertimbangan khusus itu, lanjut Patrialis, yakni memberikan ruangan khusus bagi Artalyta untuk bertemu dengan koleganya di dalam sel. Pemberian hak ini karena Ayin adalah pengusaha yang mengelola usaha dengan mempekerjakan 80 ribu karyawan.

Meski demikian, Patrialis mengaku belum mendalami aturan mengenai apakah seorang narapidana seperti Ayin tetap boleh menjalankan bisnisnya dari balik jeruji.

Seperti diketahui sejumlah tahanan di Rutan Pondok Bambu mendapatkan fasilitas khusus di ruang tahanannya. Mereka adalah Artalyta Suryani, Darmawati Dareho, Ines, Ery, dan Aling.

Artalyta misalnya mendapat ruangan terpisah dengan tahanan lain dengan fasilitas mewah. Di dalam ruangannya yang besar, terpidana suap jaksa Urip Tri Gunawan itu terdapat televisi, kulkas, pendingin ruangan, dan meja kantor.

Selain menemukan perlakuan khusus kepada Artalyta, Satuan Tugas Pemberantasan Mafia Hukum juga menemukan kasus yang sama di blok lain. Aling, terpidana kasus narkotika, bahkan memiliki fasilitas karaoke, televisi, dan ruang lebih besar.

Dari Tradisi Sampai Penculikan


Fenomena Tentara Anak (3)

Dari Tradisi Sampai Penculikan

Minggu, 10 Januari 2010 - 10:36 wib
textTEXT SIZE :
   

Share

Tak semua anak-anak di seluruh dunia ini bisa menikmati masa kanakkanaknya. Di beberapa belahan, mereka justru dieksploitasi, tak hanya fisik, mereka bahkan harus merelakan nyawa mereka sebagai tentara.

Bocah berusia sembilan tahun itu tampak kikuk saat duduk di belakang meja yang penuh mikrofon dan kilatan kamera dari segala sisi di sebuah ruang konferensi hotel yang padat. Di atas meja tempat Akram –bocah itu– duduk tergantung sebuah poster besar yang memperlihatkan seorang bocah laki-laki Yaman dengan pakaian tradisional warna cokelat, memegang sebuah detonator di salah satu tangannya, sementara tangan lainnya mengangkat bajunya yang memperlihatkan adanya paket bom yang diikatkan di kakinya. Di bawahnya tertulis, ”Katakan tidak pada eksploitasi anak untuk operasi penghancuran dan terorisme.”

Akram baru saja tertangkap. Pemerintah menyatakan, bocah berusia sembilan tahun itu ditangkap karena diduga akan menjadi seorang pelaku bom bunuh diri. Di tubuhnya, ditemukan sebuah bom saat dia berada di Kota Tua Saada, kawasan utara Yaman yang menjadi markas klan Houthi. Selama lima tahun, klan itu telah memimpin pemberontakan bersenjata terhadap pemerintah di Ibu Kota Sanaa. Dengan kaki diikat bahan peledak di kedua kakinya dan sebuah detonator di tangannya, foto itu tampaknya memperlihatkan kekejaman peningkatan perang itu, seorang anak dipaksa membawa bom oleh pemberontak yang tidak melakukan apapun untuk mencegah korban dan menghentikan teror.

“Memanfaatkan anak-anak untuk perang itu salah,” ujar Akram buka suara dalam konferensi itu. Eksploitasi Akram sebagai tentara anak di Yaman itu tak terlalu aneh. Budaya anak-anak di bawah 18 tahun membawa senjata di masyarakat pribumi Yaman sudah mendarah daging. Beberapa kelompok pemerhati hak perlindungan anak memperkirakan beberapa ribu anak terlibat dalam perang bersenjata. “Kami punya omongan di sini,” ujar Ahmed al-Gorashi, ketua Seyaj, LSM lokal yang berusaha mencegah penggunaan tentara anak, kepada Al Jazeera.

“Kalau Anda sudah cukup umur membawa jambiya (belati tradisional yang biasa diselipkan di ikat pinggang pria Yaman) maka, Anda sudah cukup umur untuk bertarung bersama suku Anda. Dan, anak-anak membawa jambiya sejak berusia 12 tahun.” Di seluruh kawasan pinggiran Yaman, bahkan sudah umum melihat bocah laki-laki berusia 13 atau 14 tahun membawa Kalashnikov saat mereka menumpang bak belakang pik upbersama suku mereka.

Tidak ada data akurat tentang berapa jumlah anak yang digunakan sebagai tentara di Yaman. Menurut Ketua Dar as-Salaam Organisation to Combat Revenge and Violence –LSM lokal– Abdul- Rahman al-Marwani, setidaknya 500-600 anak tewas atau luka-luka saat terlibat langsung dalam perang antarsuku di Yaman tiap tahunnya.

Masalah tentara anak di Yaman sekarang sudah menjadi perhatian komunitas internasional dan badan hak anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), UNICEF, yang telah ditugasi untuk melaporkan masalah itu. Yaman adalah sebuah bagian di Konvensi Hak Anak dan diratifikasi pada 2007 kedua protokol opsionalnya yang mensyaratkan agar negara melakukan apa saja yang mereka bisa untuk mencegah anak di bawah 18 tahun terlibat langsung dalam peperangan. Kegagalan mencegah anak ikut serta dalam konflik dianggap sebagai kejahatan perang oleh jaksa di Pengadilan Kriminal Internasional.

Sementara itu, di Pakistan, baru-baru ini pasukan keamanan setempat menyelamatkan puluhan anak-anak yang direkrut paksa Taliban sebagai tentara anak di Provinsi North West Frontier. Beberapa pejabat mengungkapkan, anak-anak itu dilatih untuk menjadi pelaku bom bunuh diri dan memperingatkan masih ada ratusan lainnya yang disandera Taliban. “Mereka sudah dicuci otak dan dilatih sebagai pelaku bom bunuh diri, tapi sembilan yang saya temui tampaknya ingin kembali ke kehidupan normal,” papar Letnan Jenderal Nadeem Ahmed, kepala kelompok pendukung khusus yang bertugas menangani kembalinya pengungsi di Swat Valley dan kawasan sekitarnya.

“Tampaknya ada sekitar 300-400 anak yang diambil paksa atau dilatih Taliban.” Mayor Nasir Ali, juru bicara pasukan di Swat, mengungkapkan sebagian besar anak-anak yang diselamatkan dibawa dari sebuah kamp latihan Taliban saat penggerebekan, beberapa di antaranya menyerahkan diri secara suka rela. “Kesaksian dari anak-anak ini adalah bahwa masih ada banyak kasus seperti ini,” ujarnya, saat dikutip BBC. “Kami meminta dan kembali meminta kepada publik, kepada orang tua, jika mereka tahu kasus seperti ini, mereka harus mengontak kami. Kami janji akan melakukan yang terbaik untuk mengembalikan mereka.”

Seorang menteri di Provinsi North West Frontier, Bashir Ahmad Bilour, mengungkapkan, puluhan anak yang diculik berusia 6-15 tahun. “Mereka disiapkan secara mental. mereka dicuci otak pada sebuah pandangan ekstrem bahwa mereka siap membunuh orang tua mereka yang mereka sebut kafir,” papar Bilour. Kepada Al Jazeera, analis politik dan pertahanan Fakhar Rehman, mengungkapkan ada beberapa laporan ke polisi tentang penculikan tidak hanya di Swat, tapi juga di Waziristan Utara dan Selatan.

“Baru-baru ini, ketika kesepakatan damai terjadi antara militan dan pemerintahan provinsi untuk pemberlakuan hukum Syariah, anak-anak diculik dan digunakan sebagai pelaku bom bunuh diri atau Taliban mengancam orang tua mereka untuk memberikan anak laki-laki untuk direkrut,” papar Rehman. Banyak anak lain yang dilaporkan hilang dari orang tuanya yang mengatakan anak mereka diculik Taliban. “Kami belum melihat usaha pemerintah menyelesaikan masalah ini,” paparnya.

Dari Nepal, lebih dari 200 tentara anak pada Selasa (5/1/2010) sudah mulai meninggalkan kamp hutan mereka sebagai bagian dari kesepakatan damai yang mengakhiri pertumpahan darah empat tahun lalu antara Maoist dan pemerintah. Kelompok itu adalah yang pertama dari hampir 4.000 mantan tentara Maoist, sebagian berusia di bawah 18 tahun saat kesepakatan itu ditandatangani pada 2006, yang meninggalkan kamp hutan di seluruh Nepal bulan depan dan berusaha memulai hidup baru.

Dengan mengenakan kalung bunga, mantan pejuang anak-anak itu meninggalkan kamp, melambaikan tangan pada mantan komandan angkatan bersenjata Maoist Pasang di kamp di sekitar 100 km tenggara Kathmandu. Mantan tentara anak-anak, sebagian besar sudah berusia 20-an sekarang, meninggalkan kamp itu dengan lima bus dan menuju ke desa mereka. Pembebasan tentara anak ini akan membuat Maoist dihapus dari daftar PBB mengenai organisasi yang menggunakan anak-anak dalam konflik.

Kelompok HAM mengungkapkan bekas pemberontak itu merekrut anak-anak itu secara paksa saat terjadi konflik, kadang dengan meminta satu orang dari tiap rumah di kawasan yang mereka kuasai, meski beberapa ada yang bergabung secara suka rela. “Pembebasan anak-anak muda ini mengirimkan pesan simbolik untuk tahun baru,” papar Gillian Mellsop, wakil UNICEF untuk Nepal, kepada AFP. “Bukan hanya karena anak-anak ini bisa mendapatkan hidup mereka, tapi juga menandai dimulainya awal dekade baru untuk Nepal sehingga mereka bisa maju untuk mewujudkan masa depan yang lebih stabil dan damai.”

Sementara, Fatin Abbas dari Harvard University, yang telah menulis berbagai macam makalah tentang Afrika, mengungkapkan, Afrika adalah episenter fenomena tentara anak. UNICEF memperkirakan ada 33.000 anak laki-laki dan perempuan terlibat dalam perang di Kongo. Sementara, selama perang sipil di Sierra Leone dari 1991-2001 antara pemerintah dan Front Persatuan Revolusioner, 80 persen pejuangnya berusia antara 7-14 tahun. “Dalam dua perang sipil yang telah meremukkan Liberia antara 1989 dan 2003, 70 persen tentara pemerintah dan pemberontak adalah anak-anak,” ungkap Abbas, dikutip UPI.

Di Somalia, puluhan anak-anak, paling muda berusia 8 tahun, direkrut dan dilatih gerakan Islam al-Shebab untuk memerangi Pemerintahan Federal Transisional. Sementara sebelum pemberontakan Tamil di Sri Lanka berakhir pada Juli 2009, UNICEF melaporkan lebih dari 6.000 kasus rekrutmen anak oleh pemberontak Pembebasan Macan Tamil Eelam antara 2003-2008.

Macan Tamil mempertahankan brigade bayi dengan anggota paling muda berusia 11 tahun. Riset yang dilakukan di El Salvador, Etiopia dan Uganda memperlihatkan bahwa hampir sepertiga tentara anak yang disurvei adalah anak perempuan.(Koran SI/Koran SI/mbs)

"Kami Semua Ingin Menjadi Rambo"


Fenomena Tentara Anak (2)

"Kami Semua Ingin Menjadi Rambo"

Minggu, 10 Januari 2010 - 10:13 wib
textTEXT SIZE :   
Share

Mantan tentara anak tinggalkan kamp Dudhauli, Nepal (Foto: Daylife)
“USAI makan pagi, kami berbaris menghadap sang kopral. Sang kopral mengambil senjata dari dalam peti kayu dan memberikannya padaku. Sejenak aku ragu, tapi dia mendorongkan senjata itu ke dadaku.

Dengan tangan gemetar, aku menerima senjata itu, memberi hormat kepadanya, dan berlari ke belakang barisan, masih menggenggam senjata itu tapi takut melihatnya. Kami dibawa ke sebuah kebun pisang, tempat belajar menusuk pohon pisang dengan bayonet. Kami diminta membayangkan pohon-pohon itu sebagai musuh yang kejam: para pemberontak yang telah membunuh orang tua kami dan yang bertanggung jawab atas semua yang telah menimpa kami.”

Demikian salah satu kutipan dalam memoir yang ditulis Ismael Beah, mantan tentara anak, dalam “A Long Way Gone”. Beah menceritakan ketika usianya 12 tahun saat ia direkrut menjadi tentara anak-anak propemerintah di Sierra Leone. Beah dilatih menjadi tentara anak yang melawan para pemberontak. Untuk memicu keberaniannya, Beah dan kawan-kawannya disediakan berbagai jenis narkoba seperti amfetamin, mariyuana, dan campuran kokain dengan bubuk mesiu yang dikenal dengan nama brown-brown membuatnya menjadi pembantai yang kejam.

Selain dipengaruhi dengan doktrin dan narkoba, para tentara anak pun diajak berimajinasi dengan menonton film perang dan kepahlawanan, seperti film Rambo: First Blood, Rambo II, dan Commando. “Kami semua ingin menjadi Rambo; kami tak sabar mempraktikkan teknik-tekniknya,” demikian tulis Beah. Itu semua dijalani selama dua tahun. Meski akhirnya dewi fortuna berpihak padanya karena dia pindah ke Amerika Serikat dan menamatkan sekolah. Hingga dia meraih gelar sarjana muda bidang ilmu politik. Bukan hanya Beah semata yang pernah menjadi tentara anak.

Ceritanya pun hampir sama, kebanyakan mereka diculik dan dipaksa menjadi kepanjangan tangan para pemerintah atau pemberontak. “Kami dalam perjalanan pulang dari sekolah ketika bertemu dengan para pemberontak. Mereka memaksa kami membawa barang mereka dan memerintahkan kami ikut mereka,” ungkap Jean Vierre, nama samaran seorang anak yang berusia 16 tahun yang terjebak dalam pertempuran di wilayah timur Republik Demokratik Kongo, seperti dikutip dari BBC. Namun, dia bersama kawannya berhasil melarikan diri setelah dua hari diculik, dan mereka sempat melihat sesama anak-anak dalam situasi yang sama.

Sulit bagi mantan tentara anak bisa melupakan pengalaman hidupnya di tangan kaum pemberontak.“Saya waktu itu tahu benar, saya akan mati karena tertembak atau penyakit karena tidak ada obat atau perawatan yang tersedia. Saya tidak suka itu. Tetapi tidak ada jalan keluar bagi saya saat itu. Saya hanya menunggu hari kematian saja sehingga semuanya bisa berakhir,” papar John, salah satu mantan tentara anak di Kongo. Memang, tentara anak diidentikkan dengan bocah lelaki Afrika yang memegang senjata. Tapi, tentara anak sebenarnya bukan hanya di Afrika.

Salah satunya adalah Sri Lanka. Adalah Vinojan, salah satu anak yang harus menelan pil pahit pengalaman menjadi tentara anak. Dia terpaksa bergabung dengan kelompok pemberontak Macan Tamil untuk menyelamatkan kakaknya dari wajib militer pemberontak. Vinojan terpaksa bergabung dengan pejuang pemberontak Macan Tamil pada 2007 untuk menggantikan kakaknya yang baru berusia 18 tahun. Keluarganya sempat menghindari panggilan Macan Tamil tersebut dengan bersembunyi di hutan. Namun, Vinoja tak bisa melepaskan diri dari wajib militer ala Macan Tamil.

“Kami semua ketakutan dan selalu ingin mundur. Saya tidak pernah mengarahkan tembakan ke siapa pun, saya selalu menembak secara acak,” tutur Vinojan. Bagi para tentara anak yang ingin melarikan diri akan selalu ditakut-takuti. “Salah satu teman saya ditutup matanya, diperintahkan berlutut, dan ditembak di hadapan kami,” tutur Vinojan. Setelah Macan Tamil bertekuk lutut kepada pasukan pemerintah, Vinoja hanya ingin menjadi orang biasa saja. Kini, Vinoja dan para mantan tentara anak bisa mengecap pendidikan, meskipun terlambat.

“Anak-anak itu memiliki niat yang keras untuk belajar. Mereka tidak ingin berbicara mengenai masa lalunya yang kelam. Mereka ingin melupakannya. Kami pun berusaha untuk memotivasi anak-anak yang sebelumnya kurang beruntung itu,” kata salah satu guru di Sri Lanka yang mendidik para mantan tentara anak, seperti dikutip dari BBC.
(Koran SI/Koran SI/mbs)

Ketika Anak-Anak Dipaksa Jadi Pejuang


Fenomena Tentara Anak (1)

Ketika Anak-Anak Dipaksa Jadi Pejuang

Minggu, 10 Januari 2010 - 09:49 wib
textTEXT SIZE :   
Share
Mantan tentara anak tinggalkan kamp Dudhauli, Nepal (Foto: Daylife)
TENTARA anak bukan muncul ke permukaan pada memanaskan konflik berdarah di Benua Afrika. Sejak zaman dulu, anak-anak digunakan sebagai para petempur yang tangguh dalam konflik bersenjata.

Bahkan bisa dikatakan perang tidak bisa dipisahkan dengan tentara anak. Di mana pun dan kapan pun! Sejarah telah mencatat itu. Awalnya anak-anak secara tidak langsung telah turut serta dalam konflik bersenjata. Pada waktu itu anak-anak hanya dapat dikatakan sebagai penggembira, yakni sebagai penabuh genderang perang. Dari sinilah perkembangan menuju sesuatu yang tidak baik: anak-anak mulai direkrut menjadi kadet sebuah angkatan perang. Pada akhirnya dimulailah babak baru sebuah fenomena anak-anak yang tergabung dalam angkatan perang.

Yang pertama menerapkan pemanfaatan tentara anak adalah Yunani Kuno. Sparta merupakan negara yang didasarkan pada masyarakat militeristik. Tak ayal, anak-anak kecil pun dipaksa keluar dari rumah dan dilatih menjadi militer yang andal. Dengan mengandalkan mitos bahwa orang Sparta adalah pejuang perang menjadi anak-anak semakin semangat. Kemudian Kesultanan Otoman, Turki, pada 1300-an juga dicatat memiliki sejarah terkait tentara anak. Kesultanan Otoman menculik anak-anak lelaki yang beragama Kristen dan mereka dicuci otak agar loyal kepada Sultan, penguasa Kesultanan Otoman. Dengan latihan yang keras, anak-anak itu menjadi unit elite militer di Timur Tengah dan Eropa.

Mereka disebut dengan nama Janissaries. Amerika Serikat pun pernah memanfaatkan anak-anak dalam medan pertempuran. Pada 1861, Presiden Abraham Lincoln mengumumkan bahwa anak-anak lelaki di bawah usia 18 tahun dapat masuk barisan tempur dengan perhatian penuh dari orang tuanya. Setahun kemudian dia melarang tentara anak-anak masuk dalam pasukan perang. Data yang dikeluarkan oleh Human Rights Watch, sekira 300.000 tentara di bawah usia 18 tahun sekarang ini berperang dalam konflik bersenjata di 30 negara.

Sumber lain mengatakan saat ini ada lebih dari 300.000 anak-anak di bawah usia 18 tahun ikut berperang di lebih dari 60 negara. Banyak dari mereka remaja, namun tidak sedikit juga yang baru berusia 10 tahun, bahkan kurang. Mereka kadang bertindak lebih kejam ketika menghadapi lawan-lawannya. Berdasarkan konvensi internasional, tentara anak dilarang. Pasal 38 Konvensi Hak Anak tahun 1989 mewajibkan negara sebagaimana dikatakan di dalam Pasal 77 (2) Protokol Tambahan I meletakkan kewajiban pada para pihak yang terlibat konflik untuk tidak merekrut anak-anak yang belum mencapai 15 tahun ke dalam angkatan bersenjata dan melibatkan mereka secara langsung dalam pertempuran.

Pasal 4 ayat 3 Protokol Tambahan II 1977 Konvensi Jenewa 1949, yang digunakan bagi konflik internal suatu negara, anak-anak yang usianya belum mencapai 15 tahun tidak dapat direkrut ke dalam angkatan perang atau di dalam kelompok-kelompok yang terlibat atau ambil bagian dalam suatu konflik. Pemanfaatan untuk membantu kegiatan konflik bersenjata atau bahkan justru menggunakan anak-anak untuk berada di garis depan suatu konflik bersenjata tidak saja melanggar Hukum Humaniter Internasional tetapi juga melanggar Hukum Internasional, yakni Konvensi Hak Anak (The Convention on the Rights of the Child) yang disetujui Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 20 November 1989.

Kemudian Konvensi International Labour Organization (ILO) Nomor 182 tahun 1999 juga memberikan pengaturan mengenai perlindungan anak dalam sengketa bersenjata, khususnya mengenai perekrutan anak untuk digunakan dalam sengketa bersenjata.(Koran SI/Koran SI/mbs)