Gus Dur aktivis nyentrik, dalam ingatan Purba


Gus Dur aktivis nyentrik, dalam ingatan Purba 1

Minggu, 3 Jan '10 09:34
TIGA HARI sudah, jasad Gus Dur di dalam tanah. Namun bunga-bunga dan wewawian masih serasa menyeruak dalam hamparan kembang tujuh rupa di atas pusara.
Makam sang Kiyai memang masih terus ramai oleh suara santri-santri mengaji. Doa-doa juga masih mengalir deras.
Lilin-lilin bertambah panjang berderet, dinyalakan oleh warga dengan suka cita dari timur hingga barat Indonesia, untuk mengingat dan mengucap terima kasih, kepada si pribadi sang penyeru perdamaian.
Gus Dur memang memukau.
Kini, dia bukan lagi milik para santri dan warga NU. Tengoklah, dunia pun ikut menyiarkan berita kematiannya dan tentu saja jasa-jasanya. Ada yang menyanjungnya, Ia satu dari sekian mantan presiden RI, mungkin, yang sejajar dan memiliki pamor seperti Sukarno, karena kegigihannya membela demokrasi, orang biasa dan kaum minoritas.
Daring-daring serta jejaring sosial online pun, sesak mengucap duka buat Gus Dur, semua ikut mengucap selamat jalan, dalam hati..masing-masing.
Dia memang telah mendobrak simbol-simbol sakral Negara dengan celana pendeknya diakhir masa kekuasaanya dan dia juga yang menghentak dan mengebrak arogansi kaum mayoritas yang sering dirasa berlebihan.
Jujur, saya, lebih nyaman, mengingat Gus Dur, sebagai Aktivis Nyentrik!
Selain ketokohannya sebagai Kiyai NU yang berani mengakui kesalahan pendahulunya di masa lalu.
Terang-terangan mewakili organisasinya Ia meminta maaf.
Dan Gus Dur memang akhirnya menjadi pelopor dalam hal "rekonsiliasi" kepada keluarga-keluarga anggota PKI atau yang dituduh Komunis, Bangsa Papua yang masih merasa dijajah, dan rakyat Timor Leste yang tewas ratusan ribu, yang kini memilih merdeka.
Gus Dur, memang tidak seperti pemimpin-pemimpin yang masih saja malu atau bahkan tak punya keberanian mengakui kesalahan-kesalahan penyelenggara negara di masa lalu.
Kekayaan dan kebaikan sosok pribadi Gus Dur, kerja-kerja serta kontribusinya bagi masyarakatpun cukup banyak tersimpan dalam memori kolektif.
Dalam artikel di bawah ini dengan cukup runut (sayangnya ditulis dalam bahasa inggris) ditulis oleh Kornelius Purba-JP tempo hari, yang menurut saya, sayang untuk dilewatkan. Maka tak ada salahnya jika saya salin ulang di sini.
Artikel ini adalah ingatan Purba dalam mengenal sosok Gus Dur dari mulai mengenang kerja-kerja diplomasi, lelucon-lelucon yang menggelitik serta prestasi sang aktivis nyetrik! itu.
(terima kasih gus..)
0 Responses

SILAHKAN PROTES...